A Writer’s Journal by Ashikin M
By Convergence Malaysia Airports

“My true vocation, the closest thing that binds me to life – is writing stories. I have been writing books for five years. Burning Constellation, Si Romantik Yang Sudah Mati, Mimpi-Mimpi Nomad, Pabila Pesawat Bertemu Bulan and SUNSET1989 are part of the titles that I love from the bottom of my heart.
I find pleasure in experimenting, researching and writing about moments between time, space and people in different cities. The scenes have never been the same, though sometimes I try to use different methods to revisit the same stories. Getting to know people who live different lives taught me to come alive in my stories. My fulfilment comes from learning about children in different ASEAN countries by understanding their education system and visiting villages in remote areas, before immortalising moments with them in my stories.”
Essentrika-Review s1 Romantik yang sudah mati
By Eksentrika Arts & Culture Community

“After reading the back cover, I found myself digging into the pages, like a schoolgirl in search of that feeling again. You know? That complicated yearning, that brimming fantasy most cogent with the possibility of a potential lover?
Some call it romanticism. And it was in the throes of my revisiting this feeling that Sukhbir found me and suggested that I review it.
This is going to be an unusual review. Mainly, due to the fact that this book, Si Romantik Yang Sudah Mati, by Ashikin M, strikes me as a rather unusual collection of shorts itself. Actually, I still can’t decide whether it’s a single novel written in a sort of non-linear fashion or a collection of individual prose that stand alone.
For one, not a single character in the book is named. It is hard to decipher at times, whether the narration is by a male or female voice. It is equally challenging to ascertain if some characters made a reappearance in separate titles. Later in the back pages, in a published interview with the writer, I discover, that the absence of names is intentional.”
Si Romantik: Romantisisme Masih Hidup dan Menghidupkan
By TheDailySeni

“Man’s real home home is not a house, but the Road, and that life itself is a journey to be walked on foot.“
Buku ‘Si Romantik Yang Sudah Mati‘ karya Ashikin M terbitan ROMAN BUKU bermula dengan kata-kata penulis Inggeris terkemuka Bruce Chatwin dari bukunya ‘What Am I Doing Here?’ Chatwin adalah penulis kegemaran Ashikin dan kesan penulisan pada Ashikin amat ketara – hampir kesemua cerpen dalam buku ini bertemakan pengembaraan; hampir semua cerita berdasarkan watak-watak yang dalam perjalanan menuju sesuatu atau yang sedang dalam perhentian. Malah cerpen kedua dalam buku ini merupakan penghormatan nyata penulis kepada Chatwin – ia dijudulkan ‘A Conversation with Chatwin’.
Kenapa Chatwin? “Chatwin is my spirit writer! Membaca cerita-cerita dia dan tentang dia membuatkan saya merasa seperti membaca tentang diri saya sendiri. We’re so similar dan ia membuatkan saya merasa lebih bersemangat untuk menulis. His stories are insightful dan dia banyak menulis tentang perjalannya ke negara lain dalam bentuk fiksi; tanpa meninggalkan perincian yang sebenar.” jelas Ashikin dalam wawancaranya yang disertakan di penghujung buku ini.”
THE MYTH OF THE NOMAD
By TheDailySeni

“Growing up with a set of parents who nurture their child with flight tickets, photographs and moments rather than handbags and expensive cars; stories have always been a part of me. My mother used to say, the only way for people to grow is to be out of their comfort zone. We need to travel and explore not just the stars; but also the ruins and not to shun people, because stories can tell you so much about a person; and when you know a person, you will start to know the next person and the next, and what you know will eventually shape you.
That is the first step: know yourself.
The wonderful thing about knowing your own story is the power it exudes to help you find another story that you want to write, and to write more stories and eventually find your purpose in life.
No matter where you are from, what language you use or what situations you face, you can sail through any cities, hills, markets and constellations of others with your own stories; your own way of being.
As people tell you stories, you will find the strings that connect the music and flow of their heart. Everything that they tell you depend on the circumstances that they face; and it doesn’t matter whether they are a singer, or an actor, or a lawyer, everybody has a story to tell.
Stories come in all shapes and sizes. If you are a musician, you and your melody are a story. If you are a painter, you and your colors are a story. If you are a director, you and your company are a story. But none of the stories standalone; they all stand together with others to move from one place to another. The more stories that they be, the better they will become.”
Persimpangan antara Cerpen dan Catatan Harian
By Karim Ilham

“Cerita-cerita pertama dalam buku ini membikin saya menduga bahwa penulisnya bukan hanya mudah berteman saja, bahkan mudah mesra terhadap lawan bicaranya. Dugaan saya dibenarkan oleh cerita berjudul Bipolar. Adegan cemburu yang diperagakan kekasihnya menjelaskan semua itu. Masalah bahwa hatinya mudah sekali ditumbuhi perasaan cinta sebenarnya telah diakuinya sejak awal. Tetapi, ia juga sadar bahwa cinta yang tumbuh pada peristiwa-peristiwa yang dilaluinya dalam cerita hanya akan bertahan sesaat saja.
Di hampir semua ceritanya, Ashikin selalu menjadi pendengar yang baik dari perbincangannya dengan orang-orang berbeda dari banyak negara. Ia bukan seorang wartawan yang mencari tahu informasi karena ada kejadian penting yang menyangkut banyak orang, Ashikin justru mempertanyakan hal remeh yang ternyata mampu diramunya jadi satu judul cerita yang indah.
Sering ditemuinya deskripsi panjang dalam satu judul cerita mungkin dianggap sebagai kekurangan. Deskripsi panjang sering ditemui pada buku catatan harian dan (oto)biografi. Dan ketika kita membaca Si Romantik yang Sudah Mati, barangkali kita bisa menempatkannya pada persimpangan antara cerita pendek dan catatan harian.
Efek dari deskripsi yang panjang adalah pembaca akan merasa bosan terlalu cepat. Sementara itu, kenikmatan membaca sebuah buku cerita biasanya ditentukan oleh konflik dalam cerita. Konflik yang panjang semakin menambah kenikmatan membaca cerita sebagai penuntun menuju klimaksnya.
Si Romantik yang Sudah Mati nikmat dibaca pada suasana yang tenang, tenteram dan damai. Kesederhanaan prosa, keindahan bahasa puisi, akan melatih jiwamu membaca tanda (semiosis) yang ada di sekelilingmu. Dan inilah keunggulan cerita-cerita dalam buku ini. Tabik!”
Ini Sebab Kenapa Anda Perlu Baca ‘The Color Of Regret’
By IAmLejen.com
“Pernah baca novel bertajuk The Color of Regret tulisan Ashikin M, Henny Simamora dan Yoanna Dianika? Buat anda yang masih ragu-ragu, kami kongsikan sinopsis novel terbitan Elefante Publisher yang telah berjaya memenangi hati ramai pembaca dari negara seberang menerusi artikel ini
i. Karen (Ditulis oleh Henny Simamora)
“Luka masa lalu membuatkan hatinya beku. Baginya, cinta dan benci itu kelabu. Dendamlah yang selama ini membantu dirinya bertahan. Namun, adakah ia benar perasaan marah dapat menyelesaikan segala-galanya?”
ii. Kejora (Ditulis oleh Ashikin M)
“Masa lampau sungguh manis baginya dan juga menjeratnya. Batas antara kenangan dan realiti begitu tipis sampai ia bertanya-tanya bagaimana cara melaluinya tanpa penyesalan?”
iii. Magnolia (Ditulis oleh Yoanna Dianika)
“Kehilangan pegangan hidup tetak menyakitinya. Adakah ia benar masih ada kebaikan di dunia ini? Kenapa harapan selalu tidak seiring dengan realiti?”
The Color of Regret mengisahkan tiga orang wanita dengan luka masa lampau berbeza dan rahsia-rahsia yang berterbangan bersama kupu-kupu merah darah kedai barang kemas Eden Bijou.
Eden Bijou ialah sebuah kedai menjual barang-barang kemas yang boleh memenuhi semua permintaan individu berkenaan. Namun, tidak ada benda yang percuma di dunia ini.Harga yang perlu dibayar adalah setimpal dengan permintaan yang akan dikabulkan dan ia bukan satu perkara yang mudah. Anda perlu baca The Color of Regret kerana ia merupakan kerjasama antara penulis Malaysia dan Indonesia.”
Seni kita: Persahabatan dan Setiakawan
By TheDailySeni
“Sepanjang gig itu, emcee Azhar Ibrahim cepat berkongsi dengan para hadirin akan keistimewaan Poet vs Wild – semangat setiakawan yang diraikannya. Beliau menjelaskan yang ramai seniman yang tampil membuat persembahan datang dari kalangan rakan-rakan dan sahabat seni penganjur. Dan seniman-seniman ini telah menyokong Poet vs Wild dari hari pertama lagi, dan telah menjemput ramai lagi rakan-rakan pengamal dan pecinta seni mereka untuk turut menyokong malah menyertai Poet vs Wild lagi.
Azhar memetik kisah duet Ashikin M dan Jamal Raslan, di mana Jamal, yang telah hadir untuk setiap edisi Poet vs Wild yang bertempat di KL setakat ini, menjemput Ashikin M – yang bukunya akan terbit tidak lama lagi – untuk membaca karya-karyanya diiringi lagu-lagu gubahan Jamal pada Poet vs Wild edisi ke-4 beberapa bulan lalu. Lanjutan itu Ashikin dan Jamal sering membuat persembahan duet, Jamal mengiringi Ashikin dalam sesi-sesi bacaan puisi dan cerpennya dengan lagu-lagunya.
Ini adalah satu contoh percambahan dan perkembangan seni kontemporari di Kuala Lumpur, yang makin mapan dan mampan. Gerakan-gerakan kolektif yang menggunakan festival-festival kecil seperti ini sudah menjadi ketetapan dalam arena seni kontemporari bukan sahaja di ibu negara malah ibu-ibu kota serata negara, baik di semenanjung mahupun di Borneo.”
No shame in pursuing the arts
By The Star
“Through “Untie De Knot” (UDK), MyPerintis and its business arm, MySchool of Life, created a programme to bridge the gap between corporate entrepreneurs with business acumen, but lack creative ideas, and the immense talents who do not have a platform to express their creativity.
Many are unaware or do not have access to the platforms to showcase their talents, said MyPerintis special projects lead Ashikin Muhiyiddin at UDK in Black Box Publika.
“They can do things, but imagine if we have access to all the partisans, everything combined together. Together, we can do so much more.”
Writing through Women’s Mind (Bella Zamri & Ashikin M)
By Firahz
“Forum atau talks pertama hari tu dimulakan oleh dua orang penulis wanita yang sedang meningkat naik iaitu Bella dan Ash.
Bella menulis di wattpad dan mendapat 17 juta views di seluruh dunia. Karyanya di wattpad dah jadi buku dan pihak penerbitan cuba nak tembus pasaran di US. Tak silap aku tajuknya ‘The boy who lost his sight’.
Bella, pelajar tahun akhir kos dietetik di UiTM itu ceritalah yang dia menulis sejak umur 16 tahun lagi sebab sangat-sangat suka membaca. Dia biasanya menulis masa tengah malam. Siang pula dia belajar. Minat punya pasal, penat semua tolak tepi.
Ash pula penulis buku ‘Romantik yang sudah mati’ terbitan Roman Buku. Dulu dia pernah belajar muzik di London. Ash suka travel dan banyak sangat cerita yang dia nak cerita. Dari dulu Ash nak jadi storyteller dan dia mendapat ilham dari nature.
Antara dua nasihat daripada penulis wanita ini adalah…
- Penulis tak boleh lari dari membaca. Baca, baca dan baca.
- Jangan fikir banyak sangat, tulis je. Tulis untuk diri sendiri dan enjoy your writing. Sayangilah karya anda sebelum harapkan orang lain suka. Yang lain-lain seperti peminat, dan wang ringgit akan datang kemudian dengan sendirinya.
- Be a scientist. Maksud Ash, saintis ni selalu cuba macam-macam kaedah untuk dapatkan result atau hasil yang sama. Samalah juga macam menulis, cuba benda baru setiap hari sampai dapat hasil yang sama. Teruskan eksperimen.”
DERIA-Art Sensory event
By LuasKarya Studio
Tahniah! Ashikin M Lancar Buku Ke-11, Sebuah Puisi Bertajuk KEJORA
By Budiey

Nurul Ashikin atau lebih dikenali di kalangan peminat buku di Malaysia sebagai Ashikin M hari ini telah melancarkan bukunya yang kesebelas bertajuk KEJORA. Majlis tersebut telah disempurnakan oleh penulis dan pengarah filem negara yang sudah tidak asing lagi, U-Wei Haji Saari dalam suasana yang sarat dengan momen indah dan puitis.
Diterbitkan sendiri oleh Ashikin M, KEJORA merupakan buku puisi pertama darinya di mana keseluruhan kandungan buku tersebut ditulis di dalam Bahasa Malaysia. Walaupun ianya adalah buku puisi, namun kesemua puisi-puisi di dalam buku tersebut adalah berhubung kait dalam membentuk sebuah ceritera.
"Saya Ambil Masa 7 Tahun" Ashikin M Akhirnya Hasilkan KEJORA! Siap Dapat Pujian U-Wei Haji Saari?
By Gempak

Tempoh tujuh tahun! Itu masa yang diambil Nurul Ashikin atau lebih dikenali sebagai Ashikin M apabila akhirnya berjaya melancarkan buku yang ke-11 bertajuk Kejora, baru-baru ini.
Tambah manis, majlis pelancaran itu juga telah disempurnakan oleh penulis dan pengarah filem negara tersohor iaitu U-Wei Haji Saari dalam suasana yang sarat dengan momen indah dan puitis.
Kejora, ilham mimpi Ashikin M digarap jadi puisi
By Malaysiakini

Selain dikenali sebagai penulis, Ashikin M juga seorang pengembara dan pakar strategi di sektor korporat yang berasal dari Ipoh, Perak.
Dia pernah berkolaborasi bersama dua penulis Indonesia untuk menghasilkan buku The Colour of Regret pada tahun 2021 tatkala dunia dilanda pandemik.
Antara buku-buku yang pernah diterbitkan oleh Ashikin M adalah Pabila Pesawat Bertemu Bulan, Mimpi-Mimpi Nomad, Mencari Warna Malaikatdan Si Romantik Yang Sudah Mati.
Jelas Ashikin M, sudah lama dia memasang keinginan untuk menghasilkan buku himpunan puisi namun menurutnya puisi adalah seperti cinta dalam waktu yang tidak dimengerti.
“Saya perlu melalui perjalanan jauh untuk memahami kekuatan suara dalam penulisan, di mana saya bermula dengan menulis cerita pendek. Kemudian, beralih ke novel dan seterusnya mencuba bentuk puisi yang pelbagai.
“Saya masih mengekalkan suara berbunyi prosa dalam perjalanan puisi-puisi kali ini kerana pada akhirnya, niat utama saya adalah hanya untuk bercerita.
“Bercerita adalah sesuatu yang takkan dapat saya hentikan sehingga saat ini,” katanya.
ASHIKIN M LANCARKAN BUKU PUISI BERTAJUK ‘KEJORA’
By Travellah

Diterbitkan sendiri oleh Ashikin M, KEJORA merupakan buku puisi pertama darinya di mana keseluruhan kandungan buku tersebut ditulis di dalam Bahasa Malaysia. Walaupun ianya adalah buku puisi, namun kesemua puisi-puisi di dalam buku tersebut adalah berhubung kait dalam membentuk sebuah ceritera.
Ashikin M telah memilih tema bintang kejora sebagai premis utama buku tersebut. “Buku KEJORA adalah terbitan sulung buku puisi saya. Ianya menampilkan 30 buah puisi dengan tema perjalanan mimpi, falsafah, pelayaran dan cetusan konflik antara memori dan peredaran masa. Saya mengambil masa selama tujuh tahun untuk menghasilkan buku KEJORA, daripada proses pengilhaman, penulisan, penerbitan sehinggalah ke peringkat penghasilan beberapa lagu puisi KEJORA bertemankan komposisi Ayop Azril, seorang komposer berbakat yang amat memahami perjalanan cerita yang diketengahkan dalam buku ini” kata Ashikin M.
Ashikin M Shines With ‘KEJORA’, A Brand-New Poetry Book
By Common Affairs

Launched By U-Wei Haji Saari, The 11th Labour of Love By The National Profilic Young Author Earned His Praises As ‘Bold & Perfectly Timed’
Ashikin M has made a name for herself not only as a writer but also an explorer and a strategy expert in the corporate sector. Hailing from Ipoh, Perak, Ashikin M also used to collaborate with two Indonesian authors to publish The Colour of Regret in 2021 when the world came to a total halt due to the pandemic.
Some of Ashikin M’s previous publications include Pabila Pesawat Bertemu Bulan, Mimpi-Mimpi Nomad, Mencari Warna Malaikat dan Si Romantik Yang Sudah Mati. Ashikin M explained, “I have always wanted to publish a compilation of my own poems, but poetry to me is the epitome of love in the uncertain times. I needed to embark on a long journey to find the power in my own voice when it comes to writing, which I decided to take my baby steps by writing short stories. Then, I transitioned to writing novels and experimenting with multiple forms of poetry. I retain my prose-styled voice in my poetic journey this time around as in the end, all I want to do is to tell a tale. Storytelling is an inseparable element from my entity even until this moment”.